KBT NEWS ID JATINANGOR - Minat perempuan untuk terjun ke dunia politik semakin besar. Banyak dari mereka yang ingin bersaing dalam pemilu legislatif demi membawa aspirasi rakyat dan memperjuangkan perubahan. Namun, semangat itu kerap terhalang berbagai tantangan yang tak ringan.
Dr. Euis Ratnaningsih, MM, Ketua DPD Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Jawa Barat sekaligus Ketua Partisipasi Masyarakat untuk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PUSPA) Jawa Barat, menyebutkan bahwa masih banyak hambatan yang harus dihadapi politisi perempuan. “Budaya patriarki masih kuat, membuat perempuan sering kali tidak diberi ruang yang sama dalam pengambilan keputusan politik,” ujarnya.
Tidak hanya itu, minimnya dukungan dari partai politik juga menjadi batu sandungan. Banyak perempuan yang kesulitan mendapatkan kesempatan untuk maju sebagai calon legislatif, apalagi jika tidak memiliki jaringan kuat di partai. “Rendahnya pendidikan politik dan keterbatasan akses terhadap sumber daya ekonomi makin memperberat langkah mereka,” tambahnya.
Tingginya biaya kampanye dan praktik money politic juga menjadi tantangan tersendiri. Perempuan yang ingin tampil dalam kontestasi politik harus siap menghadapi realitas mahalnya pencalonan, yang sering kali tidak sebanding dengan dukungan yang mereka peroleh.
Namun, semua tantangan itu bukan tanpa solusi. Dia menekankan pentingnya menyediakan program pelatihan dan pengembangan kepemimpinan yang dirancang khusus untuk perempuan calon dan anggota legislatif. “Perempuan harus diberikan pemahaman yang mendalam tentang isu-isu politik, strategi kampanye, dan proses pembuatan kebijakan,” jelasnya.
Dengan implementasi solusi-solusi tersebut secara komprehensif dan berkelanjutan, diharapkan keterwakilan perempuan di lembaga legislatif Indonesia dapat terus meningkat, baik dari segi jumlah maupun kualitas. Hal ini sekaligus menjadi perwujudan semangat Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keterwakilan perempuan di parlemen bukan sekadar formalitas, melainkan wujud nyata dari cita-cita Kartini melihat perempuan memiliki peran yang setara dalam membangun bangsa. Ketika perempuan diberi kesempatan untuk memimpin, mereka tidak hanya hadir sebagai pelengkap, tetapi sebagai agen perubahan yang membawa warna baru dalam arah kebijakan dan pembangunan.
Para legislator perempuan masa kini adalah Kartini-Kartini modern. Mereka telah membuktikan bahwa perempuan mampu menjadi pemimpin, membuat keputusan penting, dan menjadi inspirasi bagi generasi muda. Dengan ketekunan, keberanian, dan visi yang kuat, mereka menunjukkan bahwa suara perempuan adalah suara masa depan Indonesia yang lebih adil dan inklusif. (red*)