KBT News ID | Trending - Tibet, dengan budayanya yang kaya dan kuat, mempraktikkan berbagai ritual pemakaman yang mencerminkan keyakinan dan spiritualitas masyarakatnya. Salah satu ritual pemakaman yang paling terkenal dan memiliki makna filosofis yang dalam adalah ritual Pemakaman Langit.
Dalam kepercayaan Buddhisme Tibet, ritual Pemakaman Langit dianggap sebagai harapan untuk memasuki surga setelah meninggalkan dunia fana. Proses ritual ini sangat penting dan menjadi bagian integral dari budaya Tibet. Ketika seseorang meninggal di Tibet, jenazahnya akan dibalut dengan kain putih dan disemayamkan di sudut rumah selama tiga hingga lima hari. Selama periode ini, biksu atau lama, pemuka spiritual di Tibet, akan membacakan ayat-ayat suci kepada jenazah untuk membantu jiwa yang meninggal melewati transisi ke alam selanjutnya. Keluarga yang ditinggalkan akan menghentikan aktivitas sehari-hari mereka dan menciptakan situasi rumah yang tenang, dengan harapan bahwa jiwa yang meninggal akan menemukan jalan yang aman ke surga.
Setelah masa doa selesai, anggota keluarga akan memilih hari yang baik untuk pemakaman dan menghubungi Rogyapas, yang merupakan pembawa jenazah yang terlatih, untuk melakukan prosesi pemakaman. Sehari sebelum pemakaman, kain yang membungkus jenazah dilepaskan, dan jenazah ditempatkan dalam posisi seperti janin. Pada hari yang telah ditentukan, jenazah dibawa ke gunung. Ritual ini melibatkan pembakaran dupa khusus, Su, untuk menarik perhatian burung Kondor, yang dipandang sebagai makhluk suci. Pemuka spiritual akan melantunkan ayat-ayat suci untuk membebaskan jiwa yang meninggal dari dosa, sementara Rogyapas akan memulai ritual pemotongan jasad.
Burung Kondor memainkan peran penting dalam ritual Pemakaman Langit Tibet. Saat burung ini memakan potongan-potongan jasad dari orang yang meninggal, diyakini bahwa jiwa orang tersebut akan meninggalkan dunia dengan damai dan tanpa dosa. Burung Kondor juga hanya memakan jasad manusia dan tidak menyerang hewan kecil di sekitarnya. Sisa-sisa jasad yang tidak dimakan oleh burung Kondor akan dibakar, sementara pemuka spiritual membacakan doa. Hal ini dilakukan karena sisa-sisa tubuh ini dianggap dapat mengikat jiwa orang yang meninggal dengan dunia.
Ritual Pemakaman Langit memiliki banyak pantangan, salah satunya adalah larangan terhadap kehadiran orang asing selama prosesi ini, karena dipercayai bahwa mereka dapat membawa dampak buruk pada perjalanan jiwa yang meninggal. Selain itu, hanya Rogyapas dan pemuka spiritual yang diizinkan hadir selama prosesi pemakaman.
Tibet memiliki dua lokasi terkenal yang digunakan untuk ritual Pemakaman Langit. Pertama adalah biara Drigung Til, yang terletak di daerah Maizhokunggar, dan dikenal dengan lokasinya yang terletak di permukaan tebing bebatuan yang curam. Lokasi kedua adalah Akademi Buddha Larung Gar, yang merupakan akademi Buddha terbesar di dunia dan terletak di sebelah tenggara provinsi Sichuan.
Selain Pemakaman Langit, Tibet juga memiliki beragam jenis pemakaman lainnya yang mencerminkan pengaruh kuat Buddhisme Tibet dan Agama Bon dalam budayanya. Pemakaman stupa, pemakaman api (kremasi), pemakaman air, penguburan, pemakaman pohon, dan pemakaman tebing adalah beberapa contoh jenis-jenis pemakaman yang diadopsi di Tibet. Setiap jenis pemakaman ini memiliki makna dan praktik yang khusus, dan masing-masing diintegrasikan dalam budaya dan keyakinan masyarakat Tibet dengan cara yang mendalam.
Ritual Pemakaman Langit dan beragam jenis pemakaman lainnya di Tibet memperlihatkan kompleksitas spiritual dan budaya yang kaya dalam masyarakat ini. Ini adalah cerminan dari keyakinan yang kuat dan komitmen terhadap tradisi-tradisi kuno yang tetap hidup dalam budaya Tibet hingga saat ini.